Selamat Datang di Dunia Mimpi , ,raihlah dan kejarlah mimpimu tuk menjadi Nyata !

Sabtu, 26 November 2011

Pergumulan Santri dan Abangan



Pada hakekatnya, melihat corak keberagamaan masyarakat Islam Indonesia yang lebih mempertahankan praktek budaya aslinya, pemakalah cenderung menilai bahwa pengaruh ini akibat dari nilai-nilai universal yang terkandung dalam ajaran Islam. Maksudnya, Islam pada tahap ini lebih sebagai pihak yang menampung dan mengakomodasi budaya lain, bukan pihak yang mengubah atau mengkonversikan budaya itu.
Mengenai proses kompromi yang terjadi antara Islam dengan tradisi-tradisi itu, ajaran-ajaran yang ditekankan dalam Islam cukup hanya berperan dalam kerangka untuk memberikan pondasi dasar terhadap tradisi-tradisi tersebut. Bahkan terhadap tradisi yang adiluhur dan sesuai dengan faktor lingkungan masyarakatnya, Islam tidak merasa perlu untuk melakukan islamisasi. Islam justru akan memberikan wewenang lebih besar bagi tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam itu untuk berperan dalam menentukan sebuah hukum.
Pada gilirannya, kemampuan Islam untuk menyerap segala bentuk tradisi yang datang dari pelbagai wilayah yang dimasukinya, telah menjadikan kebudayaannya semakin kaya dan beragam. Dan bahkan dalam kadar tertentu, penyerapan ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri. Dan dengan demikian, akan semakin meneguhkan Islam sebagai agama yang universal, kontekstual dan sesuai dengan kondisi zaman dan tempat.
Proses keberhasilan Islam di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang memiliki pengaruh tradisi Hindu-Budha sangat kuat, adalah merupakan hasil dari kelonggaran-kelonggaran yang diberikan Islam terhadap tradisi setempat yang sebagian asli dan sebagian lagi Hindu-Budha. Karena itu, dalam keberagamaan umat Islam Indonesia, ajaran-ajaran Islam sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dan dengan demikian, menjadikan wajah Islam Indonesia berbeda dengan wajah Islam manapun.
Oleh sebab itu, meskipun Islam adalah agama mayoritas penduduk bangsa ini, akan tetapi tampak praktek-praktek yang dilakukan oleh mereka sangatlah bervariasi. Antara komunitas satu dengan komunitas lainnya atau antara wilayah satu dengan wilayah lainnya, terdapat keragaman ciri khas yang berbeda.
Sebagian besar orang Jawa memeluk agama Islam, namun terdapat beberapa ragam dalam pengalaman ajaran Islam. Mereka mengaku orang Islam, tetapi sekaligus dalam kategori umum.
Namun demikian, secara general keragaman variasi tersebut dapat diidentifikasikan menjadi dua komunitas besar. Daerah-daerah di mana kebudayaan Hindu-Budha sangat berpengaruh, telah berperan penting dalam pembentukan komunitas yang pertama, yakni komunitas yang disebut sebagai abangan. Pada masyarakat ini, Islam cenderung melakukan kompromi dengan budaya lokal dan budaya-budaya lain yang datang sebelum Islam. Komunitas ini, misalnya, banyak ditemukan di daerah-daerah Jawa Tengah bagian selatan. Tradisi tersebut menekankan kepada integrasi unsur- unsur Islam, Budha-Hindu dan kepercayaan asli sebagai satu sinkretisme Jawa yang mendasar dan sering dinamakan Agama Jawa.
Komunitas yang kedua, adalah komunitas yang biasa disebut sebagai santri, yakni mereka yang memiliki komitmen kuat terhadap Islam, dan dengan sepenuh hati mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sosial mereka, tentu saja pengamalan ini terbatas pada tradisinya masing-masing. Komunitas ini banyak terdapat di daerah-daerah yang kurang mendapat pengaruh budaya Hindu-Budha, seperti daerah-daerah di sepanjang jalur pantai utara Pulau Jawa.
Pembahasan masalah ini menjadi lebih penting karena karena kedua golongan ini sampai sekarang masih menunjukkan pengaruhnya kepada bangsa Indonesia, khususnya di Jawa. Pengaruh mereka itu merasuk ke masyarakat Islam Jawa begitu dalam yang tercermin dalam banyak segi kehidupan komunitas Jawa. Karena itu golongan santri dan abangan rupanya telah menjadi unsur- unsur yang penting dalam proses perubahan sosial, politik, dan kehidupan agama di Indonesia. Dalam keadaan seperti itu, santri dan abangan mempunyai dampak yang berarti terhadap kehidupan sosial, politik, dan beragama di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar